Tak Hanya Paru, Dokter Temukan COVID-19 Juga Rusak Organ Vital Lain

Selasa, 21 April 2020 - 19:37 WIB
loading...
Tak Hanya Paru, Dokter...
Saat mempelajari pasien COVID-19 yang telah pulih, dokter menemukan bahwa virus tak hanya menyebabkan kerusakan paru, tapi juga berdampak buruk pada jantung, ginjal, dan fungsi tubuh lain. Foto/Bbc.com
A A A
JAKARTA - Virus corona baru diketahui menyebabkan penyakit pernapasan yang disebut COVID-19. Penyakit ini mempengaruhi paru-paru dan disertai gejala seperti batuk, hidung tersumbat, sakit tenggorokan, hingga demam.

Namun, dokter dari seluruh dunia mendapati bahwa pasien COVID-19 juga menunjukkan gejala lain. Beberapa gejala itu telah dilaporkan belum lama ini, dan baru dalam kaitannya dengan COVID-19. Saat mempelajari pasien COVID-19 yang telah pulih, dokter menemukan bahwa virus tidak hanya menyebabkan kerusakan pada paru-paru, tapi juga berdampak buruk pada jantung, ginjal, dan fungsi tubuh lain.

Menurut sebuah laporan di Washington Post, dokter di seluruh dunia melihat bukti bahwa virus tersebut juga dapat menyebabkan peradangan jantung, penyakit ginjal akut, kerusakan neurologis, pembekuan darah, kerusakan usus, dan masalah hati. Kehilangan rasa dan bau serta lesi kaki juga telah dilaporkan sebagai gejala umum COVID-19 di antara beberapa pasien.

Perkembangan-perkembangan ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan petugas medis di seluruh dunia, karena dapat mempersulit perawatan dan menyebabkan lebih banyak komplikasi pada kasus COVID-19 yang parah.

Lantas, bagaimana virus corona baru memengaruhi jantung, ginjal, dan organ lain? Berikut ulasannya, seperti dikutip dari laman Times Now News.

1. Jantung
Menurut penelitian para dokter di China dan Amerika Serikat, telah terjadi komplikasi pada jantung karena infeksi virus corona baru. Komplikasi ini termasuk aritmia jantung, yang merujuk pada ketidakteraturan detak jantung dan dapat menyebabkan henti jantung. Peradangan otot jantung, dikenal sebagai miokarditis, juga telah dilaporkan terjadi pada pasien COVID-19. Menurut sebuah penelitian di China, 40% pasien di sana menderita aritmia, yang 20%-nya mengalami cidera jantung.

Menurut penelitian lain, COVID-19 dapat memiliki konsekuensi fatal bagi orang-orang dengan penyakit kardiovaskular yang mendasarinya serta menyebabkan cidera jantung, bahkan pada pasien tanpa gangguan jantung sebelumnya. Terapi obat seperti obat antimalaria, yakni Hydroxychloroquine yang disebut-sebut sebagai pengobatan potensial untuk COVID-19, juga telah dikaitkan dengan komplikasi jantung tertentu oleh para peneliti.

2. Ginjal
Alan Kliger, seorang nephrologist di Yale School of Medicine mengatakan kepada Washington Post bahwa lebih dari setengah orang yang dirawat di rumah sakit karena COVID-19 memiliki darah atau protein dalam urin mereka, yang merupakan tanda awal kerusakan ginjal. Menurut data, 14%-30% pasien ICU di New York dan Wuhan telah menunjukkan gejala kehilangan fungsi ginjal, memerlukan dialisis, atau bahkan terapi penggantian ginjal terus-menerus. New York saat ini diketahui sedang merawat sejumlah besar pasien gagal ginjal. Kliger mengatakan, ada kemungkinan virus itu menempel pada sel-sel ginjal dan menyerang mereka.

Menurut makalah lain yang buat oleh para ilmuwan Wuhan yang diterbitkan dalam jurnal Kidney International, ketika autopsi dilakukan pada orang yang meninggal karena COVID-19, sembilan dari 26 mengalami cidera ginjal akut dan tujuh di antaranya memiliki partikel virus pada ginjal mereka.

3. Sistem Pencernaan
Diare juga dilaporkan sebagai gejala COVID-19. Penelitian menunjukkan bahwa virus corona baru menggunakan reseptor ACE2 pada permukaan sel sebagai pintu masuk ke dalam tubuh, dan para peneliti curiga virus tersebut mungkin menggunakan jalan masuk yang sama untuk menyerang berbagai bagian tubuh yang lain.

Sebagai contoh, saluran pencernaan memiliki 100 kali lebih banyak reseptor sel ACE2 daripada bagian lain pada tubuh dan juga memiliki area permukaan yang luas. Dokter khawatir virus corona baru memasuki sel-sel lain dari tubuh, dan bukan hanya saluran pernapasan dan paru-paru. Virus ini dapat merusak bagian tubuh lain bukan sebagai jaminan kerusakan, tetapi secara langsung.

4. Anosmia dan Hypogeusia
Kurangnya fungsi indera pembau dan rasa telah dilaporkan sebagai gejala awal infeksi COVID-19, bahkan sebelum orang mulai menunjukkan gejala lain seperti batuk dan demam. Menurut para ahli, virus dapat secara langsung memengaruhi sistem penciuman.

Claire Hopkins, Presiden British Rhinological Society mengatakan, virus corona baru sebenarnya dapat menyerang ujung saraf penciuman. Namun, mengingat bahwa masalah pernapasan adalah gejala yang paling umum dari COVID-19, banyak pasien gagal untuk melihat ketidakmampuan mereka untuk mencium atau merasakan sesuatu.
(tsa)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.0984 seconds (0.1#10.140)